JOMBANG Unhasa.ac.id – Konferwil Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa timur resmi di buka di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang pada Jumat (3/8/2024).
Selain di hadiri para Kiai dan perwakilan PCNU se Jawa timur, juga hadir pengurus besar nahdlatul ulama diantaranya Rais Am PBNU KH Miftahul Ahyar ketua PBNU Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf serta Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf.
Sedangkan Di jajaran PWNU Jatim terdapat Rais Syuriah KH Anwar Manshur, KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah , Katib KH Romadlon Chotib, Pj Ketua KH Abdul Hakim Mahfudz serta Sekretaris Prof Akh Muzakki.
Konfrensi PWNU ke 18 ini sebagai refleksi penting bagi para peserta untuk menyerap lima pesan pokok yang disampaikan oleh KH Hassan Mutawakkil Alallah, Rois Syuriah PWNU Jatim.
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong ini menekankan kepada para peserta Konferwil untuk menjaga hati yang tulus dan sikap sopan santun. Hal ini semata mata meraih keberkahan dari para muassis meski dengan kemampuan yang terbatas.
Terdapat lima pesan yang disampaikan oleh Rois Syuriah PWNU Jatim KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah. Ke lima pesan tersebut antara lain Kehadiran dengan Hati Tulus dan Sopan Santun
“Kehadiran ini harus mencerminkan adab seorang murid kepada guru, terutama karena acara ini diadakan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, milik muasis NU. Kita semua harus menghormati para pendiri dan meraih berkah dari mereka,” ungkapnya
Pesan ke dua yang disampaikan KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah menekankan pentingnya mencari ridho Allah SWT dan meneladani para pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Beliau mengingatkan bahwa dalam setiap tindakan, kita sebaiknya selalu mengambil hikmah dari para muasis NU yang telah memberikan ilmu untuk menjaga akidah, ibadah, dan muamalah kita. Hikmah tersebut, jika didasari dengan keikhlasan, akan menjadi amal sholeh yang bermanfaat bagi semua. Pesan ini menggaris bawahi pentingnya ikhlas dan meneladani para pendahulu yang telah memberikan dasar yang kuat dalam kehidupan beragama dan sosial.
Pesan ketiga menyoroti tugas penting Nahdlatul Ulama (NU) dalam melestarikan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah di Indonesia. NU memiliki peran besar dalam menjaga ajaran dan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah, yang menjadi fondasi bagi kehidupan beragama di Indonesia. Selain itu, bagi warga NU, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Hal ini menunjukkan komitmen NU dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mempertahankan identitas keagamaan yang selaras dengan nilai-nilai kebangsaan.
“Kita harus menjaga nilai-nilai lama yang masih relevan dan menggali nilai-nilai baru yang lebih baik. Aswaja menjadi benteng utama dalam mempertahankan NKRI,” katanya.
Pesan yang ke empat . Mengokohkan Persatuan dalam Pendampingan Umat , Dalam konferensi yang mengusung tema “Merajut Ukhuwah dan Memperkokoh Persatuan,” KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah menekankan agar para pengurus Nahdlatul Ulama (NU) berperan sebagai muhrim sosial untuk mensejahterakan umat.
Pesan ini menggaris bawahi pentingnya peran NU dalam membangun hubungan sosial yang harmonis dan memperkuat persatuan di masyarakat. KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah juga menegaskan bahwa konferensi ini bukanlah kontestasi politik untuk merebut kekuasaan, melainkan kesempatan untuk melestarikan nilai-nilai ajaran Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan bahwa tujuan utama NU adalah memperjuangkan kesejahteraan umat dan menjaga warisan spiritual Islam.
“Segala usaha yang kita lakukan harus maksimal. Evaluasi atas kinerja pengurus wilayah selama ini sangat diperlukan untuk penyegaran dalam berorganisasi,” jelasnya.
Dan sebagai pesan yang ke Lima adalah Jabatan sebagai Amanah Bukan Ambisi . Beliau menekankan pentingnya memandang jabatan sebagai amanah, bukan sebagai ambisi pribadi. Dalam menyampaikan pesan ini, beliau mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada sahabat Abdurrahman bin Samura.
Hadis tersebut mengingatkan bahwa seseorang tidak seharusnya mengejar jabatan atau kekuasaan secara berlebihan, karena jabatan adalah tanggung jawab yang harus dijalankan dengan penuh keikhlasan dan integritas.
Pesan ini menekankan bahwa pemimpin atau pengurus harus melayani masyarakat dan berusaha mencapai kemaslahatan bersama, bukan sekadar mengejar kepentingan pribadi.
“Nabi Muhammad SAW bersabda, janganlah engkau meminta-minta jabatan. Jika engkau diberi jabatan karena meminta-minta, engkau akan dibebani tanggung jawab berat. Namun jika engkau diberi jabatan tanpa meminta-minta, engkau akan dibantu,” tambahnya
Pesan-pesan yang disampaikan KH Hassan Mutawakkil Alallah menjadi pedoman penting dalam menjalankan amanah organisasi dan kehidupan sehari-hari.
Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur menjadi kesempatan penting bagi para peserta untuk melakukan refleksi dan introspeksi. Ajang ini bertujuan untuk menguatkan komitmen dalam menjaga ajaran dan nilai-nilai Nahdlatul Ulama (NU), serta mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam konferensi ini, peserta diajak untuk merenungkan peran dan tanggung jawab mereka dalam melestarikan tradisi keagamaan NU dan memperkuat persatuan bangsa. Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat ukhuwah dan memupuk semangat kebersamaan dalam menghadapi berbagai tantangan sosial dan keagamaan.(bhj)
Tinggalkan Komentar